1. KERUSAKAN HUTAN
A. PENYEBAB KERUSAKAN HUTAN
1.
Kebakaran hutan
kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Kebakaran sangatlah susah untuk diatasi, untuk itu kita harus dapat mengantisipasi agar kejadian tersebut tidak terjadi.
kebakaran hutan merupakan salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan hutan. Kebakaran sangatlah susah untuk diatasi, untuk itu kita harus dapat mengantisipasi agar kejadian tersebut tidak terjadi.
2.
Penebangan Hutan Secara Liar
Umumnya kejadian seperti ini dilator belakangi oleh permasalahan ekonomi,
untuk itu pemerintah diharapkan bias memberikan solusi dalam permasalahan ini.
3.
Penegakan Hukum Yang Lemah
Lemahnya supremasi di Indonesia menjadi penyebab lain dari kerusakan hutan,
hal ini yang membuat pelaku kerusakan hutan tidak jera melakukan perbuatan
illegal logging lagi setelah mendapatkan hukuman. Ini juga merupakan pekerjaan
rumah bagi pemerintah untuk membuat hokum yang baik.
4.
Mentalitas Manusia
Sebenarnya penyebab kerusakan hutan yang terjadi selama ini adalah karena
mantalitas sebagian manusia yang menganggap dirinya paling berhak mengelola
hutan. Padahal kenyataan dilapangan banyak amanah yang disalahgunakan sehingga
menjadikan hutan yang semakin hari semakin rusak.
C. UPAYA MENGATASI KERUSAKAN
HUTAN
·
Masyarakat harus sadar akan
dampak yang ditimbulkan akibat kerusakan hutan.
·
Meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk memelihara hutan dan tidak melakukan . penebangan hutan.
·
Melakukan tindakan yang
memotivasi warga untuk bertanggung jawab terhadap . lingkungan hidup.
·
Menetapkan peraturan-peraturan
tentang yang mengatur penebangan hutan.
·
Mengadakan
pengawasan,pengendalian, dan pengelolaan hutan.
·
Mengeluarkan Undang-undang
tentang lingkungan hidup. Misalnya Undang-undang
No.4 tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan Lingkungan hidup
No.4 tahun 1982 tentang pokok-pokok pengelolaan Lingkungan hidup
2.
KERUSAKAN TERUMBU KARANG
A.
PENYEBAB KERUSAKAN TERUMBU KARANG
1. Terumbu karang yang hidup di dasar laut merupakan sebuah pemandangan
yang cukup indah. Banyak wisatawan melakukan penyelaman hanya untuk
melihatnya. Sayangnya, tidak sedikit dari mereka menyentuh bahkan membawa
pulang terumbu karang tersebut. Padahal, satu sentuhan saja dapat membunuh
terumbu karang.
2. Membuang sampah ke laut dan pantai yang dapat mencemari air laut.
3. Mungkin tidak banyak yang sadar, penggunaan pupuk dan pestisida buatan
pada lahan pertanian turut merusak terumbu karang di lautan. Karena meskipun
jarak pertanian dan bibir pantai sangat jauh, residu kimia dari pupuk dan pestisida
buatan pada akhirnya akan terbuang ke laut melalui air hujan yang jatuh di
lahan pertanian.
4. Boros menggunakan air, karena semakin banyak air yang digunakan semakin
banyak pula limbah air yang dihasilkan dan akhirnya mengalir ke laut. Limbah air
tersebut biasanya sudah mengandung bahan kimia.
5. Terumbu karang merupakan tujuan wisata yang sangat diminati. Kapal akan
lalu lintas di perairan. Membuang jangkar pada pesisir pantai secara tidak
sengaja akan merusak terumbu karang yang berada di bawahnya.
6. Penambangan pasir atau bebatuan di laut dan pembangunan pemukiman di
pesisir turut merusak kehidupan terumbu karang. Limbah dan polusi dari
aktifitas masyarakat di pesisir secara tidak langsung berimbas pada kehidupan
terumbu karang. Selain itu, sangat banyak yang pengambilan karang untuk bahan
bangunan dan hiasan akuarium.
7. Masih banyak yang menangkap ikan di laut dengan menggunakan bom dan
racun sianida. Ini sangat mematikan terumbu karang.
B. PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN
1. Peningkatan Kesadaran dan Partisipasi Masyarakat.
Adalah upaya
untuk meningkatkan kesadartahuan masyarakat akan pentingnya peranan terumbu
karang dan mengajak masyarakat untuk berperan serta aktif dan bertanggung
jawab dalam mengelola dan memanfaatkan terumbu karang secara lestari, seperti
meningkatkan kesadaran mereka akan peranan penting terumbu karang, seperti
sebagai tempat pengembangan wisata bahari, bahan baku obat-obatan, kosmetika,
bahan makanan dan lain-lain. Penting juga untuk menanamkan arti dan
manfaat terumbu karang bagi kelangsungan hidup masyarakat pesisir sejak masa
kanak-kanak.
2. Pengelolaan Berbasis
Masyarakat.
a. Membina
masyarakat untuk melakukan kegiatan alternatif seperti budidaya, pemandu wisata
dan usaha kerajinan tangan yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat
setempat. Pembinaan ini disertai dengan bantuan pendanaan yang disalurkan
melalui berbagai sistem yang telah ada dan tidak membebani masyarakat.
b. Menerapkan
pengetahuan dan teknologi rehabilitasi dan pengelolaan terumbu karang agar
dapat dimanfaatkan secara lestari.
3. Pengembangan Kelembagaan
a. Memperkuat
koordinasi antar instansi yang berperan dalam penanganan terumbu karang baik
pengelola kawasan, aparat keamanan, pemanfaat sumber daya dan pemerhati lingkungan.
b. Meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia melalui berbagai pelatihan yang berkaitan dengan
pengelolaan dan teknik rehabilitasi terumbu karang.
4. Penelitian, Monitoring dan
Evaluasi
Pemantauan
kegiatan masyarakat yang secara langsung berhubungan dengan terumbu karang.
Dalam kaitan ini akan dibentuk sistem jaringan pemantauan dan informasi terumbu
karang dengan membangun simpul-simpul di beberapa propinsi. Kegiatan ini
akan diawasi langsung oleh LIPI yang telah memiliki stasiun-stasiun di beberapa
tempat, seperti : Biak, Ambon dan Lombok.
5. Penegakan Hukum
Komponen ini
dipandang sangat penting sebagai salah satu komponen kunci yang harus
dilaksanakan dalam usaha mencapai tujuan program rehabilitasi dan pengelolaan
terumbu karang. Masyarakat memegang peranan penting dalam mencapai tujuan
komponen penegakan hukum. Salah satu peranan masyarakat dalam pengamanan
terumbu karang secara langsung adalah sebagai pengamat terumbu karang atau reef
watcher, dimana mereka berkewajiban meneruskan informasi kepada penegak hukum
mengenai pelanggaran yang merusak terumbu karang di daerahnya.
3.
TANAH
LONGSOR
A. PENYEBAB TANAH LONGSOR
1. Hujan
Ancaman tanah longsor biasanya
dimulai pada bulan November seiring meningkatnya intensitas hujan. Musim kering
yang panjang akan menyebabkan terjadinya penguapan air di permukaan tanah dalam
jumlah besar. Muncul-lah pori-pori atau rongga tanah, kemudian terjadi retakan
dan rekahan tanah di permukaan. Pada saat hujan, air akan menyusup ke bagian
yang retak. Tanah pun dengan cepat mengembang kembali. Pada awal musim hujan,
kandungan air pada tanah menjadi jenuh dalam waktu singkat. Hujan lebat pada
awal musim dapat menimbulkan longsor karena melalui tanah yang merekah itulah,
air akan masuk dan terakumulasi di bagian dasar lereng, sehingga menimbulkan
gerakan lateral. Apabila ada pepohonan di permukaan, pelongsoran dapat dicegah
karena air akan diserap oleh tumbuhan. Akar tumbuhan juga berfungsi sebagai
pengikat tanah.
2. Lereng
terjal
Lereng atau tebing yang terjal akan
memperbesar gaya pendorong. Lereng yang terjal terbentuk karena pengikisan air
sungai, mata air, air laut, dan angin. Kebanyakan sudut lereng yang menyebabkan
longsor adalah 180 apabila ujung lerengnya terjal dan bidang longsorannya
mendatar.
3. Tanah yang
kurang padat dan tebal
Jenis tanah yang kurang padat adalah
tanah lempung atau tanah liat dengan ketebalan lebih dari 2,5 meter dan sudut
lereng > 220. Tanah jenis ini memiliki potensi untuk terjadinya tanah
longsor, terutama bila terjadi hujan. Selain itu, jenis tanah ini sangat rentan
terhadap pergerakan tanah karena menjadi lembek jika terkena air dan pecah jika
udara terlalu panas.
4. Batuan yang kurang kuat
Pada umumnya, batuan endapan
gunungapi dan batuan sedimen berukuran pasir dan campuran antara kerikil,
pasir, dan lempung kurang kuat. Batuan tersebut akan mudah menjadi tanah jika
mengalami proses pelapukan dan umumnya rentan terhadap tanah longsor apabila
terdapat pada lereng yang terjal.
5. Jenis
tata lahan
Tanah longsor banyak terjadi di daerah
tata lahan persawahan, perladangan, dan adanya genangan air di lereng yang
terjal. Pada lahan persawahan akarnya kurang kuat untuk mengikat butir tanah
dan membuat tanah menjadi lembek dan jenuh dengan air sehingga mudah terjadi
longsor. Sedangkan untuk daerah perladangan penyebabnya adalah karena akar
pohonnya tidak dapat menembus bidang longsoran yang dalam dan umumnya terjadi
di daerah longsoran lama.
6. Getaran
Getaran yang terjadi biasanya
diakibatkan oleh gempabumi, ledakan, getaran mesin, dan getaran lalulintas
kendaraan. Akibat yang ditimbulkannya adalah tanah, badan jalan, lantai, dan
dinding rumah menjadi retak.
7. Susut
muka air danau atau bendungan
Akibat susutnya muka air yang cepat
di danau maka gaya penahan lereng menjadi hilang, dengan sudut kemiringan waduk
220 mudah terjadi longsoran dan penurunan tanah yang biasanya diikuti oleh
retakan.
8. Adanya
beban tambahan
Adanya beban tambahan seperti beban
bangunan pada lereng, dan kendaraan akan memperbesar gaya pendorong terjadinya
longsor, terutama di sekitar tikungan jalan pada daerah lembah. Akibatnya
adalah sering terjadinya penurunan tanah dan retakan yang arahnya ke arah
lembah.
9.
Pengikisan/erosi
Pengikisan banyak dilakukan oleh air
sungai ke arah tebing. Selain itu akibat penggundulan hutan di sekitar tikungan
sungai, tebing akan menjadi terjal.
10. Adanya
material timbunan pada tebing
Untuk mengembangkan dan memperluas
lahan pemukiman umumnya dilakukan pemotongan tebing dan penimbunan lembah.
Tanah timbunan pada lembah tersebut belum terpadatkan sempurna seperti tanah
asli yang berada di bawahnya. Sehingga apabila hujan akan terjadi penurunan
tanah yang kemudian diikuti dengan retakan tanah.
11. Bekas
longsoran lama
Longsoran lama umumnya terjadi
selama dan setelah terjadi pengendapan material gunung api pada lereng yang
relatif terjal atau pada saat atau sesudah terjadi patahan kulit bumi. Bekas
longsoran lama memilki ciri:
- Adanya
tebing terjal yang panjang melengkung membentuk tapal kuda.
- Umumnya
dijumpai mata air, pepohonan yang relatif tebal karena tanahnya gembur dan
subur.
- Daerah
badan longsor bagian atas umumnya relatif landai.
- Dijumpai
longsoran kecil terutama pada tebing lembah.
- Dijumpai
tebing-tebing relatif terjal yang merupakan bekas longsoran kecil pada
longsoran lama.
- Dijumpai
alur lembah dan pada tebingnya dijumpai retakan dan longsoran kecil.
- Longsoran
lama ini cukup luas.
12. Adanya
bidang diskontinuitas (bidang tidak sinambung)
Bidang tidak sinambung ini memiliki
ciri:
- Bidang
perlapisan batuan
- Bidang
kontak antara tanah penutup dengan batuan dasar
- Bidang
kontak antara batuan yang retak-retak dengan batuan yang kuat.
- Bidang
kontak antara batuan yang dapat melewatkan air dengan batuan yang tidak
melewatkan air (kedap air).
- Bidang
kontak antara tanah yang lembek dengan tanah yang padat.
- Bidang-bidang
tersebut merupakan bidang lemah dan dapat berfungsi sebagai bidang
luncuran tanah longsor.
13.
Penggundulan hutan
Tanah longsor umumnya banyak terjadi
di daerah yang relatif gundul dimana pengikatan air tanah sangat kurang.
14. Daerah
pembuangan sampah
Penggunaan lapisan tanah yang rendah
untuk pembuangan sampah dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan tanah longsor
apalagi ditambah dengan guyuran hujan, seperti yang terjadi di Tempat
Pembuangan Akhir Sampah Leuwigajah di Cimahi. Bencana ini menyebabkan sekitar
120 orang lebih meninggal.
B.
CARA PENANGGULANGAN
•
Jangan membuka lahan persawahan dan membuat kolam di lereng bagian atas di
dekat pemukiman.
• Buatlah terasering ( sengkedan ) pada lereng yang terjal bila membangun pemukiman.
• Segera menutu retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah dan melalui retakan tersebut.
• Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
• Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
• Jangan menebang pohon di lereng.
• Jangan membangun rumah di bawah tebing.
• Buatlah terasering ( sengkedan ) pada lereng yang terjal bila membangun pemukiman.
• Segera menutu retakan tanah dan dipadatkan agar air tidak masuk ke dalam tanah dan melalui retakan tersebut.
• Jangan memotong tebing jalan menjadi tegak.
• Jangan mendirikan rumah di tepi sungai yang rawan erosi.
• Jangan menebang pohon di lereng.
• Jangan membangun rumah di bawah tebing.